MAKALAH
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN BAHASA ALAY
Moderator : Jelita Novia
Penyaji : Depti Juwita
Notulen : Putri
Penjawab : 1. Danuk
2. Kolis
3. Ita
Kelas : X AKL 2
SMK
NEGERI 1 JATI
TAHUN
PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas sekolah dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN
BAHASA ALAY”.
Penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Jati, 04 Februari 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Alay berasal dari kata Anak Layangan.
Bahasa Alay bisa dikatakan bahasa kampungan, karena memang bahasa tersebut
sungguh-sungguh tidak mengenal etika berbahasa dan biasanya yang bermain
layangan adalah anak-anak kampung (orang kota juga sering, namun kota
pinggiran). Apabila kalangan remaja mengunakan bahasa Alay secara tidak
langsung telah melecehkan lawan bicara mereka baik secara tulisan ataupun
lisan Pada umumnya bahasa alay lebih nampak dalam bentuk tulisan.
Alay, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak
kelayapan yang menghubungkannya dengananak Jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang
paling santera adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk
menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun
kelakuan secara umum.Konon asal
usulnya, alay diartikan “anak kampong” karena anak kampung yang rata-rata
berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan.
Salah satu cirri dari alay tersebut
adalah tulisannya yang aneh dan di luar nalar serta akal sehat. Di sini Penulis
akan mengklasifikasikan alay-alay kebeberapa tingkatan atau strata menurut dari
tulisan mereka (di sini saya bukan mau membahas alay dari wajah atau
penampilannya, wajah adalah pemberian dari Tuhan yang merupakan anugerah untuk
manusia. Kalau tulisan emang biasanya dibuat oleh para alay itu sendiri).
Tulisan gaya alay biasa dengan mudah
ditemukan diblog dan forum di internet. Semua kata dan kalimat ‘dijungkir
balikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka.Penulisan gaya alay atau
anak lebay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus, semua dilakukan
suka-suka dan bebas saja.Sepertinya inilah tren generasi alay.
Menurut definisi Koentjara Ningrat, Alay adalah gejala yang dialami
pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya.
Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain,
sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya.
Diharapkan sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat
sekitar.
Bahasa alay dalam jejaring sosial
Alay adalah singkatan dari Anak
layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya
dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak
layangan.Dominannya,istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya
keren secara gaya busananya.
Pesatnya perkembangan teknologi
dizaman modern ini ,penggunaan jejaring sosial lewat internet ini banyak
diminati kalangan remaja. Jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin
akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia maya tersebut. Munculnya bahasa
Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu
bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Akan tetapi, munculnya bahasa Alay
juga merupakan sinyal ancaman yangsangat serius terhadap bahasa Indonesia dan
pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang.
Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak
baku. Bahasa baku biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang formal. Akan
tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindah.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan
bahasa Alay untuk generasi muda saat ini sudah sangat tidak mnegindahkan
efesiensi, melainkan hanya sekedar trend belaka (Misbakhul Munir, Guru SD
Al-Azhar Syifa Budi, Solo). Secara garis besar, mungkin karena salah pergaulan,
maka yang merupakan ciri-ciri alay adalah sebagai berikut.
1. Pada account facebook atau friendster, bagi yang
cewek di album fotonya memajang cowok-cowok ganteng meskipun tidak kenal supaya
dianggap cantik dan gaul. Untuk yang cowok, majang foto cewek semua walau tidak
kenal agar disangka cowok ganteng.
2. Suka ngirim ‘status’ tidak jelas di yahoo, Friendster
ataufacebook :”akkoonlenndhdcnniih” ato “ayokk perang cummendh cmmasa iia”
3. Menganggap dirinya eksis di Friendster atau Facebook atau Multiply
(kalau comments banyak berarti anak gaul, menjadi lomba
banyak-banyakan comment)
4. Kalau ada org yang hanya melihat profil user di
jejaring sosial,lalu mengirim testimonial: “hey cuman view nih?”
ataau “heey jgn cuman view doang,add dong!
6. Nama profil jejaring social mengagung-agungkan diria sendiri,
seperti: pRinceSscuTez, sHaluccU, cAntieqq, dan lain-lain.
Dari ciri-ciri diatas,dapat diketahui bahwa bahasa alay sudah berkembang
pesat dijejaring sosial terutama facebook dan twitter.
Bahasa alay dalam jejaring sosial yang marak
dikalangan remaja
Bahasa gaul adalah dialek bahasa
Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah
tertentu untuk pergaulan (KBBI, 2008: 116). Bahasa gaul identik dengan bahasa
percakapan (lisan). Bahasa gaul muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya
penggunaan teknologi komunikasi dan situs-situs jejaring social. Bahasa gaul
pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya
selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri
dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan
remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia
lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang
dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan,
pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka.
Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan
bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Menurut Owen (dalam Papalia: 2004) remaja
mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai
penggunaan metafora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan
pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang
sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan
istilah bahasa gaul.
Di samping merupakan bagian dari
proses perkembangan kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan
ciri dari perkembangan psikososial remaja.
Menurut Erikson (1968), remaja memasuki tahapan
psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang
dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas.
Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang
terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa.
B. Tujuan
1. Peserta didik dapat mengetahui pengertian bahasa alay di media social
2. Peserta didik dapat mengetahui penggunaan bahasa alay di media sosial
2. Peserta didik dapat mengetahui dampak bahasa alay di media sosial
3. Peserta didik dapat mengetahui contoh bahasa alay media sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggunaan bahasa alay di media sosial
Penggunaan
bahasa di dunia maya dan jejaring sosial inilah yang patut mendapat perhatian
para praktisi dan pemerhati bahasa. Apalagi di tengah kemunculan fenomena
“bahasa alay” yang makin merasuk di kalangan remaja. Dukungan kecanggihan teknologi
telah menjadikan bahasa dalam segala bentuknya mengalami kemajuan varian yang
sangat pesat. Bagaimana tidak? Fakta bahwa pengguna internet di Indonesia
hingga tahun 2012 ini telah mencapai 63 juta orang (Okezone, 12 Desember 2012)
atau naik 300% dalam 5 tahun terakhir. Kondisi ini diperkuat dengan adanya 29
juta orang meng-akses internet secara mobile sebagai tanda
tingkat produktivitas pemakaian bahasa pemakainya. Proyeksi ini akan terus
berkembang hingga mencapai 80 juta orang pada tahun 2014. Di sisi lain, data
Kominfo April 2012 menyebutkan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia
juga sangat besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan
sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia. Kondisi ini bertolak belakang
dengan kenyataan adanya 15 bahasa daerah yang sudah punah dan 139 bahasa daerah
yang terancam punah dari 726 bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Perkembangan
teknologi begitu cepat dan dahsyat, manusia selalu mencari cara berkomunikasi
yang cepat, murah dan praktis. Hanya dalam hitungan detik, kita dapat terhubung
ke seluruh penjuru dunia tanpa batas ruang dan waktu. Inilah yang dinamakan
dunia maya. Kita dapat dengan mudah beranjang sana kapanpun, dimanapun dan
kepada siapapun asalkan memiliki dukungan teknologi yang dibutuhkan dan
terkoneksi ke berbagai penjuru dunia tersebut. Jika saja teknologi mampu
“bergerak cepat”, bagaimana bahasa mengantisipasinya?
Berlatar
pada kondisi itulah, kita perlu berdiskusi dan menentukan sikap terhadap
fenomena bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial yang semakin mengglobal.
Bagaimana kita memandang bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial; ancaman
atau peluang?
Bahasa
Indonesia adalah salah satu aset penting bangsa Indonesia. Kenapa? Karena
Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa resmi yang membantu berbagai
suku di Indonesia untuk berkomunikasi secara baik (Mustakim, 1994 : 2). Namun
Bahasa Indonesia hari ini menghadapi tantangan yang berat seiring intervensi
dan realitas penggunaan bahasa pada dunia maya atau jejaring sosial yang
bertolak belakang dengan prinsip penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Apalagi
bahasa pada dunia maya atau jejaring sosial semakin mendapat tempat di kalangan
anak muda. Sebut saja, fenomena “bahasa alay” yang benar-benar sudah menjadi
bahasa favorit mereka daripada Bahasa Indonesia itu sendiri. Hal ini terjadi
karena anak muda sekarang membutuhkan pengakuan akan eksistensi mereka. Mereka
hampir tidak punya ruang untuk mewujudkan eksistensi mereka. Jadi, anak muda
yang tidak memakai bahasa alay maka tidak disebut anak gaul, dan status sosial
seseoranglah yang paling mempengaruhi penggunaan bahasa itu sendiri
(Meyerhofff, 2006:108).
Saat
ini kata ciyus, miapah, dan cemungudh sudah semakin populer. Kata-kata alay
atau gaul ini juga sangat populer di dunia maya khususnya di situs jejaring
sosial. Tapi, apa sih yang menyebabkan kata ciyus miapah jadi populer?
Menurut pengamat bahasa dari
Universitas Diponegoro Semarang, Mujid Farihul Amin, ada dua penyebab kata gaul
itu jadi populer. Penyebab pertamanya adalah karena keberadaan situs jejaring
sosial seperti Facebook dan Twitter.
“Komunikasi di sosial media yang bebas
jadi penyebab munculnya ragam bahasa alay ini,” kata Mujid seperti dikutip dari
Tempo.
Di sosial
media, jelas Mujid, penggunaan bahasa tidak terikat pada suatu peraturan.
Itulah sebabnya anak muda banyak berkreasi dengan bahasa sehingga muncul kata
alay. Semakin banyak orang yang penasaran dengan artinya, maka semakin banyak
yang menggunakan kata alay ini. Itulah penyebab kata ciyus, miapah, dan kata
alay lainnya menjadi populer. Ternyata, sosial media memiliki peran yang sangat
besar dalam merubah budaya berbahasa seseorang termasuk bahasa alay.
B. Bagaimana tanggapan masyarakat
tehadap bahasa alay yang marak dalam jejaring sosial dikalangan remaja ?
Penggunaan
bahasa alay akhir-akhir ini, tentu saja mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan
bahasa tersebut tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan
benar Penggunaan bahasa alay dalam jejaring sosial mempunyai pengaruh
negatif apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata.
Walaupun istilah alay ini sudah dikenal di masyarakat luas dengan arti “orang
norak”, tetapi hingga saat ini bahasa alay tersebut masih banyak digunakan oleh
para remaja untuk menulis dalam facebook atau twitter. Beberapa kata yang
sering dijumpai dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya,
kata gue. Kini, untuk menyatakan kata saya para
penutur bahasa gaul juga menggunakan kata saiia, aq, q, ak, gw, gua, w,
akoh, aqoh, aqu, dan ane. Kemudian, kata Lo atau Lu sama
seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur
bahasa gaul juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.
Hal ini
dikarenakan oleh beberapa penyebab antara lain sebagai berikut ini :
1.Masyarakat Indonesia kurang mengenal bahasa baku yang baik dan benar.
2. Kurangnya masyarakat Indonesia dalam memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.Masyarakat Indonesia kurang mengenal bahasa baku yang baik dan benar.
2. Kurangnya masyarakat Indonesia dalam memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jika
hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan remaja . Karena bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk
itulah, kita sebagai generasi muda, harus cermat dalam memilih serta mengikuti
trend yang ada. Salah satu masyarakat mengungkapkan bahwa Janganlah bahasa
tersebut sampai merusak budaya bahasa kita sendiri dengan keberadaan
bahasa alay didalam jejaring sosial. Sehingga perlu diwaspadai kepada para
masyarakat terutama orang tua untuk slalu mengawasi anak-anak mereka terutama
para remaja yang lagi pada gila facebook atau twitter ,agar memperingatkan
kepada anaknya untuk tidak mengunakan bahasa alay dalam situasi formal karena
nanti akan mempengaruhi keberadaan bahasa indonesia yang cenderung kurang baik
dan benar.Sebaiknya bahasa alay digunakan pada situasi yang tidak formal
,hal itu mungkin bisa ditoleransi asal tidak merusak tata bahasa indonesia.
C. Bahasa
dunia maya dan jejaring sosial
Satu
hal yang pasti dalambahasa dunia maya dan jejaring sosial adalah
adanyaperalihan dari komunikasi lisan menjadi komunikasi tulisan.Hal ini
terjadi karenadilakukan melalui internet.Cara berkomunikasi ini
yangmendorongterjadinyaeksplorasiuntukmemperkaya bahasa tulisyang dipakai,
termasuk penggunaanemotikonsebagai simbolekspresi tertentu.Dari segi sifatnya,
bahasa dunia maya biasanya terjadi pada pemakai bahasa yangsudah saling kenal, meskipunberada
di ruang publik.
Penggunaan singkatan-singkatan yang umum,seperti km dan u untuk
’kamu’ atau ’Anda’; thx atau tks untuk
’terima kasih’; gpp untuk ’tidak apa-apa’; ce untuk
’cewek’; co untuk ’cowok’,menjadi contoh adanya konsensus atau
kedekatan emosional di antara pemakainya.
Bahasa
dunia maya dan jejaring sosial telah menjadi realitas. Dalam konteks berbahasa,
kita hanya perlu mencermati beberapa ciri bahasa pada dunia maya dan jejaring
sosial, antara lain:
1. Adanya
sisipan istilah atau kosakata bahasa Inggrisyangdigunakan dalam konstruksi
kalimat bahasa Indonesia, seperti:install, blogging, googling,
dan sebagainya).
2. Adanyasingkatanpadasebagian
besar konstruksi kalimat yang digunakan, seperti: met pagi, pa kbr?
3. Kalimat
yang digunakan relatif lebih singkat dan cenderung tidak lengkap.
4. Dihiasi
dengan beragam bentuk emotikonsebagai simbolekspresi wajah,di samping
untukmenghadirkan nuansa emosi dalam komunikasi tulisan.
5. Disisipi
dengan kosakata khas penyedia layanan tertentu di internet, seperti facebook,
Google, Yahoo!, friendster, Wikipedia, dan lain-lain.
6. Tulisanmencampuradukan
huruf besar,huruf kecil,angka,danemotikon.
7. Tulisan
sering ditambahkanhuruf yangtidakperlu dan tidakpenting.
8. Tidak
ada pola bakuyangditerapkan dalam penulisan bahasadunia maya dan jejaring
sosial.
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut, bahasa dunia maya dan jejaring sosial dalam bentukkosakata,
ejaan, atau singkatan pada dasarnya dapat dengan mudah dikreasikan
oleh siapapun.Bahasa “gaya maya dan alay”telah menjadi bahasa pemersatu
pergaulankalangan anak muda danremaja saat ini.Karena sifatnya yang santai,
bahasa dunia maya dan jejarimg sosial perlu dikawal agar tidak merambah ke
aktivitas komunikasi dan berbahasa yang bersifat formal. Inilah sikap penting
yang harus dijunjung setiap pemakai bahasa.
D.
Contoh bahasa alay
contoh
“bahasa alay”dalam status Facebook seorang anak muda:
·haii,
namaq aiiu (Ayu), quwtinggal dii dkeeet mumphunk (mampang) quw niie tmenndna
kakag kaoo sii mhilaa, lam knall ya, oiyawh, aq single lowh. kaloo kmuu minadd
maoo xmxx aq, xmx quuw jaa dii 0816xxxxxx, quwwtunggu yaachh !! aiiu-chann.
XoXoo !
·beiibbhskuw
chayaanx!kuuw chaiang kalii ma kmuuwh, cnenxz beuudh niiy arii bsaa ktmuuw
kmuwhh!!!!cmogaaaqtaabsaaslamanaaablsamaaa…..nathaacwamiikuwww-loubhechaaaduuds..20072009tilltheendophtaimm..lophelophe
phorepherr.
Sungguh
tidak mudah untuk memahami bahasa di atas. Namun apabila dikaji, tampak sudah
ada kesepahaman dalam penggunaan kombinasi huruf dan angka untuk merujuk pada
kata tertentu yang dimaksudkan. Tentu, kesepahaman ini tidak membutuhkan
“Kongres Bahasa Alay” tetapi cukup dengan saling belajar dan meniru melalui sms
dan media sosial lainnya.
Kita
juga patut bersyukur generasi alay ini belum muncul saat perumusan Sumpah
Pemuda tahun 1928. Bayangkan, jika generasi alay diberi mandat membuat teks
Sumpah Pemuda maka kalimat-kalimat yang dihasilkan seperti berikut ini:
Smph PMd4K54tu:kaM1p03tR4d4n
p03tr11ndn35i4m3n64qubrt0mP4H d4Rh j4N6 54t03, t4n4h A1r
1ndn35i4Kdw4:kaM1p03tR4 d4n p03tr1 1ndon35i4m3n64qubrBngs4j4ng54t03
B4n6541ndn35i4KTi64:kaM1p03tR4 d4n p03tr1 1ndon35i4 m3n64qu m3njUnj0En6 b4h454
pr54tU4nb4h45a1ndon35i4
Hal
yang menarik dari fenomena “bahasa alay” adalahsalah satu lembaga survey besar
diIndonesia menyatakan bahwa penggunaan "bahasa alay" dalam marketing
produk, membuat para remaja tertantang untuk membacanya dan 83% dari mereka
akhirnya tertarik dan memutuskan untuk membelinya! Promosi memakai bahasa
alay = kenaikan penjualan, sungguh dampak yang luar biasa!Ciyusss?Enelan
.....Miapah, begitulah kata-kata bahasa dunia maya dan jejaring sosial
yangsedang menjadi tren saat ini.Ada yang benar-benar benci dengan bahasa
tersebut, ada yang apatis, ada yang senang-senang saja.
E.
Dampak Bahasa Alay
Dampak positifnya :
Dengan digunakannya bahasa Alay
adalah remaja menjadi lebih
creative. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak
ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atauinovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi,
tepat, media dan komunikan yang tepat juga.
Ada juga yang mengatakan bahwa
bahasa Alay itu adalah seni. Dengan mengkombinasikan antara huruf dan angka, setidaknya
membuat orang lain untuk lebih mencermati bahwa kombinasi itu bisa di baca.
Atau mungkin juga bisa jadi sebuah simbol atau kode rahasia.
Dampak negatifnya
Penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat
kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan
dengan menggunakan bahasa Alay.
Karena, bahasa Alay tidak
masuk ke dalam tatanan bahasa akademis.
Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan
bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal
jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi. Maka
sebaiknya bahasa-bahasa Alaydigunakan pada tempat, situasi dan
forum yang tepat.
Bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang
membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua
orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alaytersebut. Terlebih
lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih
banyak untuk memahaminya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tata
bahasa indonesia pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat
Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut
terjadi dikarenakan adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai
kreativitas . Jika mereka tidak menggunakannya, mereka takut dibilang
ketinggalan zaman atau tidak gaul. Salah satu dari penyimpangan bahasa tersebut
diantaranya adalah digunakannya bahasa Alay. Sehingga banyak aspek yang harus
segera diperbaiki dan dibenahi.
Bahasa
Alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia untuk
tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Menurut
Pak Sahala, “Tiap generasi atau masa selalu muncul bahasa sandi yang berlaku
dalam suatu komunitas kecil atau besar. Bahasa sandi suatu komunitas bisa
berumur pendek, tetapi bisa juga berumur panjang.”
B. Saran
Sebaiknya
bahasa Alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita
sedang berbicara dengan teman. Atau pada komunitas yang mengerti dengan
sandi bahasa Alay tersebut. Kita boleh menggunakannya, akan tetapi jangan
sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi kenegaraan dan lambang dari identitas nasional, yang
kedudukannya tercantum dalam Sumpah Pemuda dan UUD 1945 Pasal 36 sebagai bahasa
Pesatuan bahasa Indonesia.
Sebenarnya
sah-sah saja bagi mereka (terutama remaja) yang menggunakan bahasa alay, karena
hal tersebut merupakan bentuk kreatifitas yang mereka buat. Namun sebaiknya
penggunaan bahasa alay dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi atau
tidak digunakan pada situasi-situasi yang formal. Misalnya pada saat berbicara
dengan teman. Teman disini adalah mereka yang mengetahui dan mengerti bahasa
alay tersebut. Tetapi juga jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia kita. Karena biar bagaimanapun bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa
kebanggaan kita dan wajib untuk dijaga serta dilestarikan.
C. Kritik
Menggunakan bahasa alay dalam
pergaulan sehari-hari (ruang informal) sah-sah saja. Tapi yang menjadi masalah,
penggunaan bahasa gaul kerap kali dibawa ke dalam forum resmi. Seperti saat
menulis makalah, atau saat mepresentasikan sesuatu dalam forum resmi.
Kita harus dapat memilah kapan menggunakan bahasa gaul dan kapan menggunakan
bahasa Indonesia yang susuai kaidah.
DAFTAR PUSTAKA